Management Indusrtri Public Relations - Review 3

Review 4 “ Perspektif Publik dan Stakeholders “

Evolusi perspektif Publik terhadap dunia bisnis dapat kita lihat dari 3 sudut pandang
- Production View
- Managerial View
- Stakeholder View

Stakeholders Perusahaan berdiri dan berkembang di dalam masyarakat tentunya dalam perkembangan tersebut tidak hanya mulus dan tanpa adanya masalah dalam keseharian berjalannya perusahaan. Terkadang timbul tekanan tekanan baik dari luar perusahaan ataupun dari dalam perusahaan. Tekanan ini sifatnya tidak selalu buruk, terkadang tekanan justru memberikan peluang bagi perusahaan untuk terus berkembang dan membesarkan perusahaan.

Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public Relations “Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan” Stakeholders ini secara umum bisa di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang di dalam perusahaan atau di sebut internal stakeholders dan yang berada di luar perusahaan yang di sebut external stakeholder. Stakeholders Internal Stakeholders External 1. Pemegang saham 1. Konsumen 2. Manajemen dan Top Executive 2. Penyalur 3. Karyawan 3. Pemasok 4. Keluarga Karyawan 4. Bank,dll

Argumen bahwa perusahaan menempatkan kepentingan stakeholder diatas kepentingan shareholder bisa jadi benar, asalkan definisi dari stakeholder juga jelas. Sebenarnya pemegang saham adalah bagian dari stakeholder, bukan sesuatu yang terpisah. Namun shareholder adalah pemangku kepentingan utama. Karena apa? Karena pemegang saham menanamkan modalnya dalam perusahaan dimana sekaligus juga menanggung risiko kehilangan modalnya. Sedangkan pemangku kepentingan lainnya, tidak secara langsung memiliki keterkaitan dalam penyertaan modal perusahaan. Shareholder Value Perspective Shareholder Value Perspective menekankan profitabilitas di atas tanggungjawab (responsibilitas) dan melihat perusahaan sebagai alat bagi pemiliknya.

Pendukung shareholder value percaya bahwa keberhasilan perusahaan bisa diukur dari harga saham, dividen dan economic profit, dan melihat manajemen stakeholder sebagai alat bukan tujuan itu sendiri. Pendukung Shareholder Value Persepective berpendapat bawah tanggungjawab sosial bukan urusan perusahaan dan klaim dari masyarakat akan paling baik dilayani oleh perusahaan- perusahaan bila mereka mengejar kepentingan sendiri dan efisiensi ekonomi. Stakeholder Value Perspective Stakeholder Value Perspective mengutamakan tanggung jawab di atas profitabilitas dan melihat organisasi terutama sebagai koalisi untuk melayani semua pihak yang terlibat.

Pendukung Stakeholder Value percaya bahwa sukses suatu organisasi seharusnya diukur dengan kepuasan diantara seluruh stakeholder dan melihat manajemen stakeholder sebagai alat dan tujuan. Mereka percaya bahwa tanggungjawab sosial (social responsibility) adalah urusan perusahaan dan klaim masyarakat paling baik dilayani dengan mengejar kepentingan bersama dengan intensi meningkatkan kekayaan bersama. Pendukung perspektif ini menolak memberi pemegang saham klaim moral yang lebih tinggi pada organisasi daripada pemberi sumberdaya lainnya. Mengakui klaim moral oleh stakeholder lainnya (selain pemegang saham) berarti memasukkan nilai selain nilai keuangan ke dalam spektrum apa yang harus dikejar oleh organisasi.

Manajemen stakeholder bukan hanya instrumental dalam menciptakan nilai bagi pemegang saham, namun normative. Karena memiliki karyawan yang bermotivasi tinggi dan membina kepercayaan tinggi dari seluruh pihak yang berhubungan dengan perusahaan, mengejar kepentingan bersama dari seluruh stakeholder tidak hanya lebih adil, namun juga memaksimalkan kekayaan masyarakat (social wealth). Mensinergikan Kepentingan Shareholder dan Stakeholder Sebenarnya tugas untuk menyeimbangkan ini seharusnya dilakukan oleh pemerintah atau regulator.

Pemerintah atau regulator seharusnya mengatur keadaan sehingga perusahaan tidak beroperasi dalam lingkungan monopoli yang bisa menyebabkan maksimalisasi nilai perusahaan dengan kerugian pada masyarakat luas. Untuk itulah dibuat undang-undang anti monopoli. Bila fungsi kontrol dari pemerintah berjalan dengan baik, perusahaan tidak akan mampu memaksimalkan nilai perusahaan (firm value) dengan mengorbankan kepentingan grup lainnya atau masyarakat luas.

Tindakan perusahaan yang menyebabkan kerugian kepada grup lainnya harus dibayar perusahaan dengan membayar ganti rugi ke pihak yang dirugikan maupun melalui denda yang diterapkan pemerintah. Selain kontrol dari pemerintah, perusahaan juga harus menjaga kepentingan dari stakeholder lainnya demi kelangsungan bisnisnya dalam jangka panjang. Bila perusahaan tidak memperhatikan kepentingan karyawan, mungkin karyawan tidak akan bekerja dengan sepenuh hati sehingga produktivitas perusahaan berkurang. Begitu juga pelanggan yang diperlakukan tidak adil mungkin tidak akan membeli produk perusahaan tersebut lagi. Singkatnya, perusahaan yang memaksimalkan nilai tetap harus memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya.

Tanpa perhatian kepada kepentingan stakeholder lainnya, bukan tidak mungkin kepentingan perusahaan dalam jangka panjang akan terganggu. Mengingat nilai perusahaan tergantung dari arus kas perusahaan dalam jangka panjang, terganggunya kepentingan perusahaan dalam jangka panjang akan mengurangi arus kas perusahaan dalam jangka panjang, sehingga akan mengurangi nilai perusahaan. Jika pendekatan stakeholder diterapkan, maka model yang baik seharusnya dapat membantu mengatasi kompleksitas persoalan yang ada. Dalam pengelolaan perusahaan, pemegang saham perlu diberikan porsi perhatian yang cukup. Namun, menjadikan perusahaan warga negara yang baik juga merupakan hal penting bagi perusahaan maupun komunitas. Umumnya dalam jangka panjang akan membantu meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham. Bagaimana kita mensinergikan kepentingan berbagai pihak? Tentu saja model tersebut perlu disesuaikan dengan sistem hukum, perbedaan kepentingan, karakter bisnis, kondisi lingkungan, serta kultur bangsa.

 Model tersebut harus tetap menjaga keberadaan pengendalian risiko dalam setiap proses bisnis juga mampu menangkap peluang bisnis. Kita perlu mendefinisikan apa sebenarnya kepentingan stakeholder, komponen didalamnya, serta bobot yang wajar dari setiap komponen. Dengan demikian kepentingan stakeholder bisa dipastikan dapat bersinergi dengan kepentingan pemegang saham. Dalam melakukan sinergi, kepentingan berbagai pihak diselaraskan dengan tujuan perusahaan. Salah satu cara adalah dengan menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi bagian integral strategi perusahaan. CSR disini memasukkan berbagai komponen tanggungjawab perusahaan terhadap stakeholder dan juga tanggung jawab perusahaan dalam meningkatkan keuntungan.

Proses Pengembangan PR
 1. Evaluasi perilaku, opini, dan persepsi publik.
 2. Memiliki akses kepada kebijakan, program, dan prosedur untuk membentuk perilaku, opini, dan persepsi publik
3. Mengembangkan komunikasi yang ditujukan untuk mengakomodasi kepentingan beragam publik melalui penyampaian pesan yang positif Fungsi PR dalam hal ini adalah
 Reputation Management  Perception Management  Relationship Management  Persuasion Management  Impression Management  Image Management




Review 5 “ Manajemen Perencanaan PR”

Tulisan ini adalah tentang tugas kedua hubungan media setelah mengaktivasi email dan membuat blog. Sebenarnya tugas ini diberikan dalam bentuk bahasa Inggris dan kami harus menterjemahkannya kemudian membuat rangkumannya. Namun tugas ini belum selesai semuanya. Karena cukup lelah juga menterjemahkan dan membuat rangkumannya. Semoga saja tugas yang saya kerjakan ini tidak berbeda dengan versi bahasa Inggrisnya.

Empat Alasan Perencanaan Program Public Relations
Ada empat alasan yang paling penting bagi perlunya suatu perencanaan PR yaitu :
1. Untuk menetapkan target-target operasi PR yang nantinya akan menjadi tolok ukur atas segenap hasilnya yang diperoleh
2. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan
3. Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan (i) jumlah program dan (ii) waktu yang diperlukan guna untuk melaksanakan segenap program PR yang telah diprioritaskan itu.
4. Untuk menentukan kemungkinan pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan ketersediaan (i) staf pendukung atau personil yang mencukupi, (ii) dukungan dari berbagai perlatan fisik seperti alat-alat kantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dan sebagainya, serta (iii) anggaran dana yang tersedia.

Enam Langkah Model Perencanaan PR
Ada enam langkah model perencanaan PR yang sudah diterima secara luas oleh para praktisi PR profesional adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan situasi
2. Penetapan tujuan
3. Definisi khalayak
4. Pemilihan media dan teknik-teknik PR
5. Perncanaan anggaran
6. Pengukuran hasil

PENGENALAN SITUASI
Perencanaan Logis. Kunci utama dalam menyusun suatu rencana secara logis adalah pemahaman terhadap situasi yang ada. Sebelum kita merumuskan suatu program PR, kita perlu mengetahui titil awalnya. Misalnya kita harus mengetahui secara pasti seperti apa citra organisasi dimata khalayaknya. Tidak ada gunanya membuat pengeluaran hanya untuk mendapatkan ‘pemolesan publisitas’ dan pengumpulan kliping koran yang semata-mata memuat pujian atas organisasi kita. Kebiasaan seperti ini hanya merupakan tindakan yang serampangan, abstrak, dan patut mendapatkan kritikan tajam.
Proses Transfer PR
Permusuhan Simpati
Prasangka Penerimaan
Apati Minat
Acuh Tak Acuh Pengetahuan
Situasi Negatif Situasi Positif

Pada situasi tersebut, tujuan yang hendak dicapai adalah mengubah empat sikap negatif menjadi empat sikap positif. Melalui pengubahan tersebut diharapkan pada akhirnya akan dicapai suatu pengetahuan
yang dapat menumbuhkan pemahaman. Kadangkala pemahaman ini dapat menjadi sesuatu yang disukai atau malah dibenci orang. Berikut ini adalah pengenalan situasi dari keempat sikap negatif diatas.
a. Permusuhan (hostility). Disini kita perlu mengetahui ada tidaknya sikap permusuhan yang tertuju kepada organisasi atau perusahaan kita; sejauh mana kadarnya, seperti apa bentuknya, apa saja faktornya penyebabnya, serta dapatkah dan bagaimana caranya meredakan sikap permusuhan tersebut.
b. Prasangka (prejudice). Prasangka bisa muncul dari sebab-sebab yang bersifat pribadi, edukasional, faktor keagamaan, konflik sosial atau benturan antarkelas sosial, pengaruh lingkungan, atau semata-mata hanya karena salah paham.
c. Apati (apathy). Sikap apatis ini merupakan musuh utama PR karena merupakan ganjalan terbesar bagi terciptanya pemahaman. Sikap enggan, mas bodoh, dan tidak mau tahu ini pada dasarnya adalah produk dari suatu ego yang berlebihan, kemalasan, keterbatasan imanjinasi, atau akibat dari kurang menariknya cara penyajian suatu subjek baru sehingga tidak mampu memancing minat dan kepercayaan khalayak yang dituju.
d. Sikap Acuh Tak Acuh (ignorance). Sikap unu merupakan penyakit umu yang sampai batas tertentu masih wajar. Pada zaman serba sibuk seperti sekarang ini, seseorang tidak mungkin mengetahui dan memahami segala seseuatu disekelilingnya dengan baik.

Kompromi yang Diperlukan. Dengan menyadari berbagai kesulitan dalam melaksnakan proses transfer PR dr sikap negatif menjadi sikap positif, maka setiap praktisi PR harus selalu realistis jangan sampai terjebak dalam sikap optimisme yang berlebihan.
Penyelidikan Situasi. Guna memahami situasi yang ada, kita perlu mengadakan suatu investigasi atau penyelidikan. Tentu saja ini memakan biaya, tapi tidak akan sia-sia karena merupakan suatu bentuk investasi atau bahkan jaminan demi tercapainya keberhasilan yang kita inginkan.
Pengumpulan pendapat. Salah satu metode yang paling sering digunakan oleh para praktisi PR ada;ah pengumpulan pendapat atau studi sikap dimana seorang pewawancara akan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada sejumlah responden sampel yang dianggap cukup mewakili suatu khalayak yang dituju. Penelitian ini biasanya sudah dapat memberikan gambaran umum mengenai situasi yang ada. Namun titik berat PR itu terletak pada upaya mempengaruhi perubahan, bukannyalangsung memaksakan atau merekayasa suatu citra yang dianggap menguntungkan.
Pemecahan Masalah. Setelah kita mampu mengenali situasinya dengan baik, maka kita akan dapat mengenali maslah yang ada serta cara untuk memecahkannya. Melalui PR, kita bisa mengetahui mengapa suatu perusahaan begitu sulit memperoleh staf yang dibutuhkannya. Di lain pihak, PR yang buruk adalah PR yang mencoba memberi gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya kepada khalayak. Keberadaan sikap negatif ini sifatnya atau alasan keberadaannya mungkin tidak diperkirakan terjadi dalam organisasi oleh para khalayak.

Reffereensi : http://blogs.unpad.ac.id/aviaisnawuri/2011/03/21/perencanaan-program-program-public-relations/


Review 6 “ Management Organisasi PR”
1. Tahapan dan Aspek Pengorganisasian
2. Manajemen Organisasi
3. Diskusi Kasus Internasional/ Nasional/Lokal

Konsep dasar
 pemberian tugas terpisah kepada masing-masing pihak,
 membentuk bagian, mendelegasikan dan menetapkan jalur wewenang,
 mendelegasikan dan menetapkan sistem komunikasi,
 mengkoordinir kerja setiap karyawan dalam satu tim yang solid dan terorganisir.
 menentukan persyaratan personnel yang akan dipekerjakan,
 merekrut calon karyawan,
 menentukan job description dan persyaratan teknis suatu pekerjaan,
 melakukan penilaian dan pelatihan termasuk di dalamnya pengembangan kualitas dan kuantitas karyawan sebagai acuan untuk penyusunan setiap fungsi dalam manajemen organisasi.

Tugas manager PR
1. Menetapkan sasaran dan merumuskan tujuan dari kegiatan pr
2. Memperhitungkan jam kerja dan sumber daya lainnya yang bernilai ekonomis yang akan menjadi biaya dan sumber pengeluaran atas pelaksanaan funsi-fungsi PR
3. Menetapkan skala prioritas guna mengendalikan pilihan publik dan media untuk menyampaikan pesan kepada mereka, waktu operasi serta optimalisasi penggunaan tenaga kerja dan berbagi sumber daya lainnya.
4. Menentukan kelayakan pelaksanaan dari setiap upaya yang hendak dilakukan dalam rangka mengejar tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan dana, kapabilitas staf dan daya dukung serta kecukupan berbagai macam peralatan yang tersedia
5. Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan tepat atas organisasinya, baik yang berkenaan dengan kebijakan, produk, jasa, dan para personelnya
6. Memantau pendapat umum mengenai citra, kegiatan, reputasi maupun kepentingan organisasi, dan menyampaikan setiap informasi yang penting langsung kepada manajemen dan pimpinan puncak untuk ditindaklanjuti.
7. Memberi nasehat dan masukan kepada manajemen mengenai berbagai masalah komunikasi yang penting, berikut solusinya.
8. Menyediakan berbagai informasi kepada publik tentang kebijakan, kegiatan, produk, jasa dan personalia perusahaan selengkap mungkin demi menciptakan suatu pengetahuan yang maksimal dalam rangka menjangkau pemahaman publik.
Ranah tujua
1. Bangun relasi
2. Pertahankan reputasi
3. Bangun brand

RANAH AKTIVITAS
1. Kembangkan relasi
- Berani menunjukkan perhatian.
- Memberi gambaran atau pandangan secara jelas.
- Mengurangi atau menghilangkan ketergantungan.
- Membuka jalan, arah supaya mitra wicara mampu mengatasi masalahnya.
- Mitra wicara mengerti apa yang terbaik untuk dilaksanakan.
2. Respons cepat
- PR perlu meminta kepada Direksi utk memberi pengarahan.
- Memberi kesempatan kpd Direksi utk memberi ide, usulan dan kritik.
- Mengambil inti pertemuan.
- Memilih media yang tepat.
- PR hrs memiliki kepekaan dan kematangan.
- Adapun syarat mental PR : ( Kejujuran, Integritas., Loyalitas. )
3. Tetapkan informasi
Lima tugas pokok PR sehari-hari adalah :
- Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi kpd publik, agar mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi.
- Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat.
- Memperbaiki citra organisasi.
- Tanggung jawab sosial.
- Komunikasi.

Peran Manajer (H Mintzberg )
 Interpersonal Roles
 Figurehead, leader, and liaison roles involve dealing with other people.
 Informational Roles
 Monitor, disseminator, and spokesperson roles involve the processing of information.
 Decisional Roles
 Entrepreneur, disturbance handler, resource allocator, and negotiator are managerial roles primarily related to making decisions.



Comments

Popular posts from this blog

“ Kekuasaan dan Pemberdayaan dalam Organisasi “

Teori Komunikasi Massa

NEGOSIASI