PR Case Study
JAKARTA, KOMPAS.com — Gambar pemukulan yang dilakukan oknum
anggota TNI AU kepada wartawan saat meliput jatuhnya pesawat Hawk 200 di Jalan
Amal, Pasir Putih, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa
(16/10/2012), ternyata diambil dari rekaman video.
Rekaman adegan pemukulan tersebut ditayangkan di kanal YouTube Riau Pos TV. Pria berbaju hijau yang menjadi korban
pemukulan aparat tersebut adalah wartawan Riau Pos bernama
Didik.
Adegan video berdurasi 3 menit 16 detik itu diawali dengan rekaman situasi di sekitar lokasi kecelakaan. Warga yang penasaran telah berdatangan dengan berjalan kaki maupun bersepeda motor sehingga menyebabkan jalanan macet.
Adegan video berdurasi 3 menit 16 detik itu diawali dengan rekaman situasi di sekitar lokasi kecelakaan. Warga yang penasaran telah berdatangan dengan berjalan kaki maupun bersepeda motor sehingga menyebabkan jalanan macet.
Kemudian perekam video sempat mengabadikan pesawat yang jatuh
dari samping maupun dari arah depan. Kobaran api dan asap masih tampak di badan
pesawat yang menabrak pekarangan salah satu rumah.
Menjelang akhir rekaman, tampak mobil pemadam kebakaran. Dari
arah yang sama, terlihat beberapa anggota TNI AU berbaju biru muda dan biru tua
berlari ke arah seseorang berbaju hijau.
Oknum anggota TNI AU itu langsung menendang pria berbaju hijau
yang diketahui sebagai wartawan Riau Pos, Didik. Sementara satu orang
menendang dan menjatuhkan Didik, anggota TNI AU yang lain berteriak agar kamera
yang dibawa Didik diambil.
"Ambil kameranya... ambil...," teriak seseorang yang
terdengar dalam rekaman tersebut berkali-kali.
Didik pun tak berkutik dicekik oknum TNI AU, sementara anggota
lain TNI yang berbaju oranye mengambil kameranya.
Tanggapan
Kelompok.
Menurut Kelompok kami, dari pemberitaan yang ada janganlah
cepat mengambil kesimpulan mana pihak mana yang benar dan mana yang salah. Kita
harus tetap menunggu klarifikasi dari kedua pihak tentang kronologis kejadian
yang terjadi.
Namun dari semua pemberitaan dan rekama yang beredar, kejadian tersebut
menjadi aib
besar bagi pihak TNI AU. Bagaimana tidak, seorang wartawan yang seharusnya
dilindungi hak-haknya malah dipukul
didepan umum, bahkan
kameranya diambil dan dirusakan. Kelompok
kami melihat bahwa dari kejadian ini oknum
TNI AU tersebut dan wartawan sama – sama menjalankan tugasnya. Anggota TNI ingin menjaga agar
berita tidak menyebar luas, disisi lain Wartawan ingin
mencari berita.
Dari kebutuhan kedua pihak ada hal yang harus kita ketahui
bahwa motivasi kedua pihak berbeda. Wartawan ingin menjalanakan tugasnya dengan
baik yakni mencari informasi detail dengan gambar yang menarik dan mendukung
untuk diinformasikan. Disisi lain TNI AU sendiri juga ingin menjaga nama baik
lembaga dari kejadian tersebut, yang kemungkinan besar bisa merusak reputasi
dan citra Lembaga tersebut.
Namun dalam menjalankan tugasnya, anggota TNI tidak
menggunakan etika yang baik sebagai pelindung dan panutan masyarakat. Dari
kejadian tersebut lembaga TNI AU melakukan kesalahan besar sebab mereka
bertindak kasar terhadap wartawan, orang yang memiliki pengaruh besar terhadap
pendapat public.
Kalaupun mereka ingin menjaga rahasia, mereka bisa
melakukannya dengan cara yang lebih baik dengan meminta wartawan menghapus /
tidak menampilkan rekaman yang tidak boleh diambil atau bersifat rahasia tanpa
harus memukulnya.
Wartawan sendiri sebagai sebuah profesi, memiliki kode etik
yang mengharuskan untuk tidak menyebarkan konten berisi rahasia Negara,
sehingga mekipun ia mengambil gambar kejadian tersebut, dalam proses
penyampainnya kepada public tentunya mereka akan tetap memperhatian kode etik
dan peraturan yang ada, sehingga tak ada hal yang harus dikhawatirkan oleh
pihak TNI AU.
Tindakan liar TNI AU ini menjadi boomerang bagi merka
sendiri. Jatuhnya pesawat sudah mejadi masalah besar namun ditambah besar lagi
denga tindakan pemukulan tersebut.
Solusi setelah pesawat jatuh :
TNI AU sebagai salah satu lembaga pertahanan keamanan Negara
tentunya pasti malu dengan kejadian jatuhnya pesawat tempurnya. Namun jatuhnya
pesawat tempur tersebut bila disiasati dengan baik bisa dijadikan publikasi
yang menarik dan menguntungkan lembaga. Seperti mengalihkan isu jatuhnya
pesawat dengan isu lain seperti keahlian Pilot Pesawat yang berhasil selamat.
Dengan isu keahlian pilot tersebut, pihak TNI AU bisa
menutupi atau paling tidak meminimalisir isu jatuhnya pesawat dengan keahlian TNI AU.
Dengan isu ini masyarakat akan melihat bahwa pilot TNI AU sangat terlatih dan
ahli dalam bidangnya, buktinya ia masih
bisa selamat. Isu ini bila terus diberitakan lewat kerja sama baik dengan media
maka akan berdampak besar bagi kepercayaan dan kembalinya reputasi dan citra
TNI AU di mata public.
Tindakan yang lain adalah melakukan publikasi terus menerus
dengan media media besar seperti Kompas, Media Indonesia, dan yang utama adalah
media media di Riau, agar masyarakat Riau yang melihat langsung kejadian tersebut
beralih pandangannya dari jatuhnya pesawat kepada isu / kejadian lain dibalik
jatuhnya pesawat.
Solusi setelah pemukulan Wartawan :
Menurut Kelompok kami, tindakan yang dilakukan oknum TNI AU
tersebut merupakan tindakan yang salah karena emosi semata. Dengan menyebarnya
rekaman tindakan pemukulan tersebut, semua mata bukan lagi terfokus pada
kejadian jatuhnya pesawat namun pada tindak pemukulan tersebut. Sehingga akan
sangat sulit bagi lembaga TNI AU untuk bisa sepenuhnya bersih dan dilupakan
oleh masyarakat.
Namun langkah tanggap pertama yang bisa dilakukan oleh
Lembaga adalah melakukan konfersensi Pers dengan mengundang berbagai Media
besar nasional dan melakukan klarifikasi atas kejadian tersebut.
Dari penjelasan tersebut salah atau tidaknya oknum TNI, Ia
harus tetap meminta maaf di depan public, dan terutama wartawan dan medianya.
Bukan hanya sekedar meminta maaf tapi bagaimana mampu menjaga agar relasi
antara TNI AU dan wartawan dapat tetap baik
Pihak TNI
AU harus memberikan permintaan Maaf melalui media secepatnya atas Nama TNI AU
dan pelakunya juga Harus meminta maaf melalui media baik mewakili lembaga
maupun secara personal kepada wartawan
yang bersangkutan. Permohonan Maaf ini
Harus dimuat melalui media TV Dan surat Kabar Nasional sehingga seluruh
masyarakat Indonesia mengetahui niat
baik dari pihak TNI AU.
Dan kepada anggota yg lain di beri perbekalan untuk
menghadapi kondisi seperti ini, agar tidak menggunakan kekerasan.
Selain meminta maaf, secara lembaga oknum TNI yang
bersangkutan harus tetap dihukum sesuai dengan peraturan dan UU yang berlaku.
Hal ini mungkin bisa menjadi pelajaran berharga kepada TNI bahwa Indonesia adalah
Negara demokrasi yang mendukung kebebasan Pers. Pers sudah tidak boleh lagi di
kekang dengan kekerasan. Namun Pers bisa menjadi partner lembaga dalam
membentuk maupun memperbaiki citra yang telah buruk dimata public.
Comments
Post a Comment