“ Kekuasaan dan Pemberdayaan dalam Organisasi “
ABSTRAK
Pada dasarnya organisasi mempunyai sifat berusaha memenuhi beberapa
jenjang keteraturan terrtentu sehinga dapat bertahan dan mencapai
tujuannya. ini berarti organisasi harus dapat mengajak anggitanya bersikap dengan
cara - cara yang bermanfaat bagi organisasi. ini dapat meliputi suatu
keteraturan ( order ) yang di rundingkan. tetapi pengaturan manusialah yang
melibatkan pelaksanaan kekuasaan individu yang berhubungan dengan organisasi
atau mereka untuk melakukan hal ini dengan mengunakan kekuasaan.untuk melakukan
keukuasaan itu diperlukan komunikasi.
Komunikasi pada dasarnya digunakan
sebagai alat atau transmisi yang menitik beratkan kepada gagasan pengiriman,
penyebaran, dan pemberian informasi kepada orang lain. Namun ada gagasan
lain yang mengemukakan bahwa komunikasi bukan hanya alat tetapi sebagai sarana
pikiran yaitu komunikasi dipakai untuk maksud tertentu seperti memberi
intruksi, membujuk, dan memperoleh kekuasaan. Dalam konteks organisasi
komunikasi salah satunya digunakan untuk menentukan tujuan, norma dan prilaku
organisasi. Organisasi ini dapat dipandang sebagai suatu sarana kekuasaan.
Dimana individu dapat memiliki kekuasaan, dan melaksanakannya melalui
komunikasi dan menciptakan tindakan yang terorganisir. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa melalui komunikasi kekuasaan dapat diaplikasikan, dan
komunikasi itu sendiriadalah kekuasaan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pentingnya
komunikasi dengan manusia adalah suatu hal yang tidak bisa dipungkiri manusia,
begitu juga halnya dengan organisasi. Tidak hanya pengetahuan dasar tentang komunikasi,
pengetahuan dasar tentang organisasi sebagai suatu lingkungan tertentu yang berstruktur,
berkarakteristik, serta memiliki fungsi tertentu adalah suatu hal yang
mendukung kelancaran komunikasi organisasi
Organisasi
memiliki tujuan tertentu dan memiliki sifat untuk selalu dapat memenuhi
tujuannya tersebut. Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan melakukan kekuasaan. Karena pada dasarnya, organisasi mempunyai sifat
berusaha untuk memenuhi beberapa jenjang keteraturan tertentu sehingga dapat
bertahan dan mencapai tujuannya. Usaha yang dilakukan meliputi suatu
keteraturan yang dirundingkan, tetapi pengaturan manusialah yang melibatkan
kekuasaan. Individu yang bergabung dengan organisasi ini adalah dengan
menggunakan kekuasaan.
Organisasi
pada dasarnya adalah pengendalian dalam memperluas kekuasaan melalui
pendelegasian, orang harus dapat menyatukan delegasi dengan kekuasaan yang
mengesahkannya.” Clegg (1989).
I.2. Tujuan : Makalah ini
dibuat dengan tujuan :
-
Menyelesaikan tugas mata kuliah Komunikasi
Organisasi
-
Penulis mempelajari lebih dalam tentang
kekuasaan dan pemberdayaan dalam organisasi
-
Sebagai acuan / bahan dalam pembuatan makalah
serupa kedepannya.
I.3. Rumusan Masalah: Dalam makalah
ini, penulis akan membahas mengenai beberapa point penting dalam Bab 8 ini
yaitu :
-
Konsep kekuasaan dan Organisasi
-
Dinamika Komunikasi Organisasi
-
Komunikasi dan Proses Pemberian Kekuasaan
-
Komunikasi dan pelaksanaan Kekuasaan.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Konsep Kekuasaan dan Organisasi
Gagasan
tradisional tentang kekuasaan menfokuskan pada individu dan pelaksanaan
kekuasaannya. Frech dan Raven mendasarkan kekuasaan A terhadap B pada lima
jenis kekuatan yaitu:
Pertama, Kekuasaan memberikan ganjaran (Reward
Power), Merupakan suatu kekuasan yang diadasarkan atas pemberian harapan,
pujian, penghargan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seseorang
pemimpin terhadap bawahannya Dapatkah A memberikan ganjaran yang dapat disahkan
oleh B.
Kedua, Kekuasaan yang memaksa (Coursive
Power). Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut, seorang
pengikut merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat
menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman. Dapatkah A memberikan suatu
hukuman yang dianggap hukuman oleh B.
Ketiga, Kekuasaan yang sah (Legitimative
Power). Yaitu suatu kekuasaan yang diperoleh secara sah karena posisi
seseorang dalam kelompok atau hirarhi keorganisasian. Apakah B Percaya bahwa A
memiliki hak untuk mempengaruhi B dan B harus menerimanya, mungkin penerimaan
terhadap struktur sosial atau nilai-nilai budaya.
Keempat, Kekuasaan Referen (Referent Power).
Yaitu kekuasasan yang didasarkan atas ketrampilan khusus, keahlian atau
pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya menganggap
bahwa orang itu mempunyai keahlian yang relevan dan yakin keahliann yaitu
melebihi keahlian mereka sendiri. Apakah
B mengenal A, Apakah B ingin seperti A, apakah B memiliki keinginan memaksakan suatu
kesatuan dengan A.
Kelima, Kekuasaan Ahli (Expert Power).
Yaitu suatu kekuasaan yang diasarkan
atas daya tarik seseorang, seorang pemimpin dikagumi oleh pra pengikutnya
karena memiliki suatu ciri khas, bentuk kekuasaan ini secara populer dinamakan
kharisma. Pemimpin yang memiliki daya kharisma yang tinggi dapat meningkatkan
semangat dan menarik pengikutnya untuk melakukan sesuatu, pemimpin yang
demikian tidak hanya diterima secara mutlak namun diikuti sepenuhnya. Apakah B
percaya bahwa A memiliki pengatahuan atau keahlian khusus yang berguna atau
diperlukan untuk kebaikan atau untuk memenuhi harapan B.
Banyak
konsep dan definisi mengenai kekuasaan, konsep tradisional mendefinikan
kekuasaan untuk menentukan dan membatasi hasil-hasil. Gagasan tradisional
tentang kekuasaan menfokuskan pada individu dan pelaksanaan kekuasaannya.
Pandangan modern menyatakan bahwa kekuasaan tidak terletak pada manusia saja
tetapi juga pada struktur sosial yang memungkinkan mereka bertindak. Individu
memiliki kemampuan bertindak dan mempengaruhi orang lain berdasarkan pada
sumber atau posisi tertentu tetapi kekuasaan meliputi lebih dari sekedar milik
yang dapat digunakan pada setiap situasi. Kekuasaan terletak pada hubungan
antar manusia dalam sistem sosial itu sendiri.
Organisasi
dan kekuasaan hendaknya memiliki hubungan interaksi yang sangat erat.
Sama halnya dengan struktur organisasi, kekuasaan-kekuasaan tidak dapat
mempertahankan dirinya tanpa orang-orang yang mengesahkan dirinya melalui
prilaku, sementara itu seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa orang
dalam organisasi melakukan usaha untuk mencapai tujuan organisasi untuk itu
diperlukan sebuah kekuasaan. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam dinamika
organisasi, kekuasaan sangat diperlukan.
II.2. Dinamika Komunikasi Organisasi
Gagasan
terhadap komunikasi (Tradisional) mula-mula adalah melihat komunikasi sebagai
alat atau tranmisi. Yang mana menitik beratkan kepada gagasan pengiriman
penyebaran dan pemberian informasi kepada orang lain dengan tujuan untuk
mengendalikan. Adapun gagasan lain yang mengemukakan pendapatnya bahwa
komunikasi bukan hanya alat untuk mengendalikan, akan tetapi sebagai sarana
pikiran dalam arti dipakai untuk maksud tertentu seperti memberikan intruksi,
membujuk, bahkan memperoleh kekuasaan.
Dua
gagasan yang berbeda diatas penting untuk mengantarkan pemahaman tentang
komunikasi organisasi dan kekuasaan.
Pertama, komunikasi dipandang sebagai mekanisme
kekuasan. Dalam konteks organisasi komunikasi digunakan untuk menentukan
tujuan, norma dan prilaku organisasi, organisasi dipandang sebagai suatu sarana
kekuasaan. Manusia memiliki kekuasaan, dan melaksanakannya melalui komunikasi
dan menciptakannya dengan tindakan yang terorganisir. kekuasaan yang sah
biasanya berasal dari satu jabatan sebagai suatu hak yang dapat dirasakan
peranan seseorang memungkinkan penentuan perilaku bagi orang lain.
Kedua, Komunikasi dipandang sebagai
kekuasaan. Karena kemampuannya sangat berpengaruh dalam menentukan hasil,
pengetahuan, kenyakinan dan tindakan. Manusia bertindak berdasarkan informasi
yang ada serta pilihan atau alternatif yang disediakan oleh informasi tersebut.
Kekuasaan lalu digunakan melalui alternatif yang disediakan dan cara alternatif
tersebut diberikan. Contoh; Organisasi memberikan kesempatan kepada anggotanya
untuk memberikan keputusan tetapi tidak bebas sama sekali, melainkan memberikan
pilihan atau kriteria yang harus dipenuhi dalam setiap pengambilan keputusan
tersebut.
Komunikasi
adalah mekanisme kekuasaan dan komunikasi itu sendiri adalah kekuasaan.
Manuasia dapat menggunakan komunikasi
untuk menggunakan kekuasaan dalam mencapai tujuan tertentu, namun ada
juga kekuasaan dalam struktur lingguistik yang digunakan sehingga bahasa
menjadi unsur yang penting dalam organisasi. Kekuasaan dalam organisasi dapat
dipandang sebagai kapasitas perorangan untuk membuat perbedaan dalam
mereproduksi dan memproduksi struktur.
II.3. Komunikasi dalam Proses Pemberian
Kekuasaan
Bagian
paling penting dalam proses pemberdayaan yaitu mengenalkan kondisi-kondisi yang
membangkitkan perasaan tidak berdaya. Dalam organisasi manusia terkadang merasa
tidak berdaya ketika mereka tidak memiliki akses kepada informasi yang
mempengaruhi kesejahteraan dan pekerjaan mereka.
Konsep
pemberian kekuasaan atau pemberdayaan ini, memiliki beberapa dimensi. Conger
dan Kanungo menyatakan pendapatnya bahwa pemberdayaan dapat ditinjau dalam arti
rasional dan motivasional.
Pertama, aspek rasional menegaskan kepada
masalah pembagian kekuasan antara manajer dan bawahan. Ada usaha untuk
melonggarkan hilarkhi dan menekankan pemecahan masalah secara
bersama-sama.
Kedua, aspek motivasional yang merujuk kepada
kebutuhan hakiki suatu keyakinan dan kemampuan pribadi. Dengan teknik ini,
pegawai akan merasa memiliki kekuasaan. Jadi pemberdayaan dalam arti
motivasional adalah mempercayai kemampuan setiap orang yang meliputi kebutuhan
dan hak setiap orang untuk merasakan bahwa dirinya mampu berprestasi dan
efektif. Berdasarkan hal diatas tampak adanya hubungan yang erat antara
pemberdayaan dan kinerja. Pengambilan keputusan menyangkut dan berhubungan erat
dengan kinerja. Diberdayakan dalam organisasi berarti mengetahui
argumentasi yang diterima serta cara-cara yang digunakannya. Dalam hal ini,
berarti kita tidak bisa lepas dari praktek komunikasi dalam organisasi meskipun
terkadang atau cenderung diabaikan dalam kekuasaan.
bagian
penting pemberdayaan adalah pengenalan kondisi kondisi yang membangkitkan
persaan tidak berdaya. Hal ini saat
tidak ada informasi. Ini menunjukan
bahwa pentingnya informasi sebagai suatu sumber kekuasaan. Konsep pemberdayaan
juga tidak menyarankan seseorang mengerjakan apapun yang dipikirkannya.
Memungkinkan orang lain untuk menggunakan kemampuannya adalah pemberdayaan.
II.4. Komunikasi dan pelaksanaan
kekuasaan
Komunikasi
dalam suatu organisasi harus menceriminkan penggunaan kekuasaan yang bijaksana.
Seperti yang diungkapkan oleh Boulding (1989), bahwa mempertahankan kekuasaan
mungkin bergantung pada pengetahuan kapan untuk menggunakan kekuasaan itu.
Kekuasaan yang dilaksanakan secara bijaksana terkadang sama sekali tidak
digunakan, seperti; seorang manajer mendelagasikan otoritas kepada bawahannya
untuk melakukan suatu tugas, komunikasi harus mendukung, yaitu setidaknya manajer
memberikan sebuah memo, atau merincikan tugas apa yang harus dilaksanakan atau
dikerjakan.
Komunikasi
dengan menempatkan posisi orang lain lebih rendah adalah suatu wujud
pelaksanaan kekuasan. Ini mengisyaratkan suatu hubungan yang memaksakan dominasi
tanpa sepengetahuan orang yang melakukannya, dan bahkan tidak diketahui dan
disadari oleh orang tersebut.
Banyak
isu gender (bahasa, seksis, bahasa seksual) yang merupakan isu dari pada
kekuasaan. Sesuatu yang tampak tidak salahnya bagi seseorang, dapat saja
dipandang sebagai penindasan oleh orang lain. Misalnya seperti istilah freshman
dapat saja menimbulkan suatu pertentangan. Itu dikarenakan kata tersebut khusus
untuk seorang pria sehingga mengabaikan keberadaan kaum wanita. Meskipun
begitu, sebenarnya istilah ini sudah dulu ada dan tidak menyangkut jenis
kelamin lagi.
Dalam
komunikasi yang penting adalah “penciptaan pesan”, bahasa tidak saja sekedar
masalah kecermatan politis. Masalah persamaan lebih penting daripada gagasan
kecermatan politis.
BAB III
KESIMPULAN
Kekuasaan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi, mengatur atau mengendalikan dan
merupakan bagian yang melekat pada proses organisasi. Kekuasaan tidak hanya
melekat kepada manusia, dan sumberdaya tetapi juga pada struktur sosial itu
sendiri. Struktur organisasi memperbolehkan dan membatasi penggunaan
kekuasaan. Struktur ini disahkan melalui prilaku komunikasi. Struktur
organisasi diciptakan, dipertahankan dan ditranformasikan melalui proses
komunikasi. Komunikasi bukan hanya berlaku sebagai suatu mekanisme kekuasaan,
tetapi juga merupakan kekuasaan dalam arti aturan-aturan, praktik-praktik dan
cara pandang dalam wacana yang bersangkutan. Praktik-praktik diskursif,
penulisan, dan argumentasi merupakan bagian yang melakat pada struktur.
Organisasi yang
mendambakan sebuah inovasi, perubahan dan andil maksimal dari pada anggotanya
akan menjalankan komunikasi yang memberdayakan semua pesertanya. Kekuasaan
dapat menjadi kekuasaan positif apabila dibagikan, dikembangkan pada orang
lain, dan digunakan secara bijaksana, dalam arti memperbolehkan masuk berbagai
pendapat yang beraneka ragam dalam pengambilan keputusan dsb, menumbuhkan
kemampuan diri, saran-saran serta menjamin kondisi yang memberikan kesempatan
untuk saling mempengaruhi.
Refferensi
Mulyana, Deddy. 2005. Komunikasi Organisasi ; strategi Meningkatkan kinerja Perusahaan.
Bandung : Rosdakarya.
Comments
Post a Comment