Evaluasi & Monitoring Program PR - Review 6 - 10
Review
6
Bab
1. Proses penelitian
Tahapan riset
Penelitian adalah sebagai berikut :
2. penentuan desain riset: tentukan
desain riset apakah riset Anda termasuk eksploratori, deskriptif, ataukah
kausal. Desain riset hanya dapat ditentukan bila masalah dan tujuan penelitian
sudah dirumuskan dengan jelas. Tanpa diketahui masalah dan tujuan penelitian,
rancangan penelitian akan tetap kabur, sebab kebutuhan data belum jelas.
3. metode pengumpulan
data; jika masalah dan tujuan penelitian jelas, maka kebutuhan
data juga jelas. Jika kebutuhan data sudah diketahui, maka dapat ditentukan
metode pengumpulan data, apakah Anda mengumpulkan data sekunder (internal,
eksternal) ataukah primer (kualitatif; wawancara/focus group/teknik
proyeksi ataukah kuantitatif; survey/observasi/eksperimen).
4. merancang kuisioner (terbuka/tertutup);
merancang skala pengukuran (nominal, ordinal, rasio), merancang alat analisis
(kualitatif/kuantitatif)
5. pengambilan sample (probability;
simple random/sistematik/stratified ataukah non probability;
judjement/covenient/quota/snowball)
6. penyampaian proposal
7. kegiatan pengumpulan data (lapangan)
8. pengeditan, pengkodean dan input data
9. analisis dan interpretasi hasil riset
10. penulisan dan penyampaian laporan
Pengertian Laporan Penelitian.
Laporan penelitian merupakan suatu media atau dokumen
komunikasi antara peneliti dengan masyarakaT umum terutama pembaca yang
ditargetkan atau yang berkepentingan dengan penelitian yang telah dilakukan
tersebut.
Unsur-unsur dari
laporan penelitian adalah:
1. Judul tulisan
2. Abstrak
3. Pendahuluan
4. Bahan dan metode penelitian
5. Hasil
6. Pembahasan
7. Simpulan dan saran
8. Daftar pustaka
Namun secara lebih lengkap, laporan penelitian terdiri dari
3 bagian pokok, yaitu:
1. Bagian pembuka.
2. Bagian inti.
3. Bagian penutup
Review 7
Bab 2. Analisis isi
Sejarah analisis isi
Menurut pendapat Holsti,( 2005 : 13)
pengertian analisa isi adalah usaha menemukan karakteristik pesan, dan
dilakukan secara obyektif dan sistematis. Analisa isi adalah suatu teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih data
dengan memperhatikan konteksnya” (Kirpendoff, 1991 : 15). Analisa isi merupakan
suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik,
obyekif, dan kuantitatif terhadap pesan yang nampak (Bungin, 2001). ”Dalam sebuah
analisis isi, seorang peneliti dapat menghitung frekuensi munculnya suatu
konsep tertentu, penyusunan kalimat menurut pola yang sama, kelemahan pola-
pola berpikir yang sama, cara menyajikan bahan ilustrasi dan
lain-lain”(Abdurrahman, 2005 : .14).
Perkembangan Analisa isi sendiri
mengalami kemajuan diantaranya adalah dengan adanya Media Content Analysis
(MCA). Menurut Macnamara, MCA dilakukan untuk mempelajari kekerasan, rasisme,
serta perempuan pada sebuah program televisi seperti film. Neuendorf mengartikan
MCA sebagai analisa dengan kuantitatif bukan kualitatif. Neuman mengatakan
bahwa pada analisia isi, peneliti harus obyektif dan sistematik dalam menyusun
dan prosedur perekaman untuk menghasilkan deskripsi dari kuantitatif dari
simbol dalam teks. Analisa isi kuantitatif disini dapat dilakukan pengumpulan
data tentang isi media seperti topik, seberapa sering diungkapkan, sirkulasi
dari media serta frekuensi. Jenis Analisa isi diungkapkan (Kirpendoff, 1991)
sebagai berikut :
1. Analisis isi pragmatis
Prosedur pengelompokkan tanda menurut sebab atau akibatnya
yang mungkin.
2. Analisis isi semantik
Prosedur pengelompokan tanda menurut maknanya. Analisis ini
dibagi
menjadi 3 yaitu :
-
Analisis Penunjukan
Menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu
ditampilkan. Analisis ini secara kasar dapat disebut analisis pokok bahasan.
-
Analisis Pensifatan
Menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi misal
pemarah ditampilkan. Misalnya referensi terhadap kekekrasan.
-
Analisis Pernyataan
Menggambarkan frekuensi seberapa sering obyek tertentu dikarakterisasikan
secara khusus. Analisis ini secara kasar disebut analisis sematik.
3. Analisis sarana tanda (sign-vehicle)
Prosedur yang menggolongkan isi menurut sifat psiko-fisik
dari tanda.Misalnya, perhitungan berapa kali kata ”Negara Jerman” muncul dalam
sebuah pidato keagamaan.
Review
9
Bab
4. Audit Humas
Pengertian Audit Humas
Menurut Pavlik (1987), audit humas
adalah kategori penelitian yang paling luas digunakan. Audit humas, katanya,
dirancang untuk mengevaluasi kedudukan suatu organisasi dengan publiknya yang
relevan. Publik yang dimaksud di sini meliputi internal dan eksternal publik.
Tujuan Audit Humas sbb:
1. audit humas sangat bermanfaat untuk mengetahui
posisi suatu perusahaan atau lembaga bagi publiknya, baik internal publik
maupun eksternal publik. Posisi di sini dapat diartikan sebagai penilaian
publik yang berupa pandangan mereka terhadap suatu perusahaan atau lembaga.
Penilaian itu dapat berupa citra, sikap dan persepsi publik terhadap perusahaan
atau lembaga.
2. penilaian yang berupa pandangan publik
tersebut perlu dipantau karena dapat berpengaruh pada suatu perusahaan.
Berpengaruh di sini tentu dalam arti dapat memberi dampak terhadap perkembangan
atau kemajuan suatu lembaga. Dampak tersebut akan semakin besar bila yang
menilai buruk tersebut dating dari publik yang dinilai penting. Bank misalnya,
nasabah tentu saja dianggap penting. Bila publik ini menilai suatu bank buruk,
tentu akan merugikan bank tersebut.
3. untuk mengetahui penilaian atau pandangan
publik tersebut, metode audit humas menawarkan empat tahap. Keempat tahap itu
merupakan langkah-langkah praktis yang sebetulnya dapat dilakukan dengan mudah
oleh praktisi humas.
4. melalui hasil audit humas akan diketahui pula
kegiatan-kegiatan apa saja yang mencapai tujuan dan kegiatan mana yang belum.
Bahkan metode ini meskipun sederhana, mampu mendeteksi kegiatan-kegiatan yang
sama sekali gagal.
5. dengan diketahuinya kegiatan yang berhasil dan
yang gagal, akan memudahkan pejabat humas untuk memperbaikinya. Semua kegiatan
humas pada waktu yang sama dapat segera diperbaiki atau disempurnakan.
B. Prosedur Audit Humas
Seperti penggunaan metode penelitian
lainnya, metode audit humas juga memiliki prosedur tersendiri yang harus
dilalui peneliti sehingga persyaratan ilmiah dapat dipenuhi. Prosedur yang
dimaksud dalam bahasan ini disebut tahapan yang perlu diuraikan dan dilakukan
dalam audit humas.
Berkaitan
dengan tahap-tahap penelitian audit humas, Moore (1989) dan Jones (Pavlik,
1987) membaginya menjadi empat tahap :
1.
menyelidiki apa yang “kita”
pikirkan;
2.
menyelidiki apa yang “mereka”
pikirkan;
3.
mengevaluasi perbedaan antaa dua
sudut pandang;
4.
menganjurkan atau merekomendasikan
program komunikasi yang komprehensif dengan tujuan untuk mengakhiri kesenjangan
tersebut.
Review
10
Bab
5. Studi keterbacaan
Prosedur Klose
Dalam upaya pemilihan bahan, pertimbangan
yang paling penting adalah faktor keterbacaan (readability). Tingkat
keterbacaan harus serasi dengan tingkat kemampuan siswa. Formula-formula
keterbacaan seperti: Reading Ease Formula (RE), Human Interest (HI), Dale and
Chall (DAC), Fog Index (Fi), Grafik Fry, Grafik Raygon, dan (Cloze) prosedur
klose dianggap praktis dan sederhana pemakaiannya.
Metode yang dipandang paling
berhasil di antara formula-formula tersebut adalah prosedur klose. Selain dapat
dipergunakan sebagai alat untuk menguji keterbacan, teknik ini juga sekaligus
dpat dipergunakan untuk alat/teknik pengajaran membaca. Dalam fungsinya sebagai
alat ajar membaca, prosedur isian rumpang ini sangat bermanfaat dalam
meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Prosedur klose mula-mula diperkenalkan
oleh Wilson Taylor (1953) dengan nama 'cloze procedure'. Teknik ini diilhami
oleh suatu konsep dalam ilmu jiwa Gestal, yang dikenal sengan istilah
'clozure'. Konsep ini menjelaskan tentang kecenderungan manusia untuk
menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap secara mental menjadi satu
kesatuan yang utuh; kecenderungan untuk mengisi atau melengkapi sesuatu yang
sesungguhnya ada namun tampak dalam keadaan yang tidak utuh; melihat
bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan.
Prosedur klose merupakan metode
penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa
dengan jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikannya kepada si
penerima (pembaca dan penyimak) sehignga mereka berupaya untuk menyempurnakan
kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan
yang dapat dipertimbangkan.
Taylor menggambarkan prosedur klose
sebagai metode yang dipergunakan untuk melatih daya tangkap pembaca/penyimak
terhadap pesan/maksud penulis/pembicara dengan jalan menyajikan wacana yang
tidak utuh (merumpangkan bagian-bagiannya), para pembaca/penyimak harus mampu
mengolahnya menjadi sebuah pola yag utuh seperti wujudnya semula.
Melalaui prosedur klose pembaca
diminta untuk dapat memahami wacana yang tidak lengkap (karena bagian-bagian
tertentu dari wacana tersebut telah dengan sengaja dilenyapkan) dengan
pemahaman yang sempurna. Bagaian-bagaian kata yang dihilangkan itu biasanya
kata ke-n digantikan dengan tanda-tanda tertentu (garis lurus mendatar atau
dengan tanda titik-titk). Penghilangan bagian-bagian kata kata dalam
prosedur/teknik uji rumpang mungkin juga tidak berdasarkan kata ke-n secara
konsisten dan sistematis.
Prosedur klose merupakan metode
penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa
dengan jalan melesapkan bagian-bagiannya, dan menyampaikannya kepada si
penerima (pembaca dan penyimak) sehingga mereka berupaya untuk menyempurnakan
kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unit kerumpangan
yang dapat dipertimbangkan.
Para mahasiswa harus mengetahui,
memilih, dan menguasai teknik ini, sehubungan dengan tugasnya sebagai guru.
Teknik klose dapat membantu meningkatkan keterampilan dan kemampuan membaca,
disamping dapat menguji tingkat kelayakan suatu wacana.
Comments
Post a Comment